Kamis, 20 Oktober 2016

Kerap Tampil di Ajang Nasional hingga Internasional


Jama Loge sang Pegiat Seni asal PPU

 
Masyarakat Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mungkin sebagian besar belum banyak mengenal sosok pemuda asal Kecamatan Waru ini. Namanya Jama Loge, siapa sangka pria berusia 34 tahun ini memiliki jadwal kegiatan begitu padat di dunia seni khususnya seni tari yang digelutinya. Bahkan dalam tahun 2016 ini saja, dirinya telah dan akan mengikuti berbagai festival seni di Jawa. Bisa dikatakan namanya lebih dikenal di luar daerah dibandingkan di daerahnya sendiri Kabupaten PPU.
 

Jama Loge
Sejak lima tahun terakhir, tepatnya mulai tahun 2010 lalu, pemuda ini telah menggeluti dunia seni  di Kabupaten PPU.  Namanya memang belum banyak dikenal di kalangan masyarakat PPU, Namun kiprahnya siapa sangka telah banyak dikenal di luar hingga tingkat nasional bahkan internasional sebagai pelatih seni tari, pencipta lagu dan pemerkasa sebuah kegiatan seni.  
Ya, semua itu berkat kegigihan pemuda ini mendalami dunia seni yang ia senangi sejak kecil dulu. Khususnya seni tari dan musik. Tak tanggung-tanggung, dalam beberapa tahun terakhir ini, dirinya kerap sibuk karena memperoleh undangan di berbagai festival pagelaran seni di seluruh Indonesia. 

“Dunia seni Ini memang saya cintai. Di PPU seni musik ini  telah saya dalami sejak tahun 2010 lalu. Cita-cita saya ingin mengembangkan dunia seni di Kabupaten PPU agar lebih baik lagi, sehingga lebih dikenal orang dan  daerah ini akan lebih maju lagi melalui karya seni yang ada, terangnya. 
Dikatakan Jamal, pada 1-5 November 2016 mendatang, dirinya kembali akan mengikuti kegiatan Indonesian Dance Festival (IDF) bertaraf internasional di Jakarta sebagai koreografer seni muda berprestasi khususnya seni tari. Menurut pemuda yang juga pencipta lagu Buen ini bahkan kerap berbaur dengan sejumlah artis ibu kota dalam berbagai kegiatan di Jakarta. 
Berbagai prestasi beberapa tahun terakhir juga telah diraihnya. Di antaranya tahun 2015 lalu dirinya berhasil meraih juara terbaik satu  seni tari dan sebagai penyanyi terbaik dua tingkat provinsi Kaltim. Kemudian berbagai penghargaan tingkat nasional juga telah diraihnya di antaranya Internasional Festival yang diselenggarakan di Solo Jawa Tengah dan Festival Tumenggungan yang dilaksanakan di Banyuwangi belum lama ini. 
Dikatakan dia, saat ini dirinya juga tengah aktif menjadi pengajar dan pelatih seni  di sejumlah sekolah di wilayah Kabupaten PPU. Di antaranya adalah di SMAN 2 PPU, SMPN 13 PPU, SMP 05 PPU  dan  beberapa sekolah dasar di Kabupaten PPU.  
“Dari kegiatan-kegiatan disejumlah sekolah  inilah penghasilan yang diperoleh dapat kami gunakan untuk pengembangan usaha seni yang ada,“ jelasnya lagi. 
Saat ini sanggar tari yang dipimpinnya di antaranya sanggar seni petikan dawai arstistik yang berada di SMAN 2 memiliki anggota sebanyak 25 orang. Sanggar seni tersebut bahkan beberapa kali telah mengikuti festival seni hingga nasional. Kemudian ada juga sanggar seni Pandopo Agung yang berada di kediamannya di Kecamatan Waru memiliki murid sebanyak 10 orang khususnya dalam bidang lagu-lagu daerah. 

Ketika ditanya harapannya kepada pemerintah daerah, pemuda lajang ini justru mengungkapkan tidak seperti kebanyakan orang yang terlalu muluk-muluk berharap kepada pemerinth daerah. Bahkan ia beranggapan selama ini apa yang ada di daerah dirasa telah cukup baginya. Ia mengatakan pemerintah daerah cukup memberikan dukungan terhadap para pecinta seni yang ada di daerah baginya itu telah cukup. 
“Daerah kita ini kaya akan berbagai seni. Semua itu dapat kita kembangkan dengan sebaik-baiknya untuk kemjuan. Sehingga tanpa anggaran besar pun pasti kita bisa maju, jika dengan sungguh-sungguh,“ jelas dia dengan semangat. 
Ia menjelaskan, banyak kesenian daerah di PPU yang masih perlu mendapat sentuhan-sentuhan dari pecinta seni. Seperti salah satunya adalah kegiatan Buen Festival yang baru saja usai dilaksanakan di Kecamatan Waru. Festival tersebut kata dia  pada awal merupakan gagasan dirinya sebagai anggota Jaringan Kampung Nusantara (Japung). Kemudian dirancang sedemikian rupa sehingga festival tersebut sukses dilaksanakan di sana. 
“Festival ini sebagai ruang spiritual, ruang silaturahmi dan ruang ide dalam masyarakat Kecamatan Waru. Di dalamnya kita juga telah menciptakan keragaman ide yang mampu memberikan pendidikan ke masyarakat. Dengan harapan di rangkaian tahun-tahun berikutnya akan semakin luas,“ pungkasnya. (humas6)
Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NEWS UPDATE

POPULER

INFO CUACA SULTENG